11
MarchMencetak Talenta Riset dan Inovasi di Indonesia
Repost from : https://teknologi.bisnis.com/read/20240111/84/1731455/mencetak-talenta-riset-dan-inovasi-di-indonesia
Bisnis.com, JAKARTA - Banyak orang mendapatkan ide dari secangkir kopi. Piccolo, Salah satu jenis minuman kopi klasik asal Spanyol ini menyimpan kesan yang unik bagi penikmatnya.
Minuman yang selalu disajikan dalam cangkir kecil itu bukanlah kopi susu biasa. Dia berkarakter dan spesial, sama seperti para talenta riset dan inovasi di Indonesia.
Pembawaan seseorang sejak lahir atau kecenderungan alami seseorang adalah anugerah, yang lebih dikenal sebagai bakat atau talenta. Sebagian orang mungkin memiliki bakat atau talenta sejak lahir. Meskipun, ada sebagian orang yang tidak menyadari telah memilikinya.
Talenta menggambarkan kemampuan atau keahlian yang unggul dari diri seseorang pada suatu bidang tertentu. Seseorang dengan talenta yang kuat cenderung mampu menunjukkan kinerja dan pencapaian di atas rata-rata, dalam bidang yang mereka geluti. Talenta di bidang seni sudah umum dikenal.
Terbukti, sederet sosok ternama yang bertalenta di bidang seni musik, tari, peran, atau perfilman jauh lebih dikenal dari pada talenta di bidang riset dan inovasi. Mengapa bisa demikian?
Tulisan ini ingin mengenalkan lebih luas tentang talenta riset dan inovasi. Jika talenta di bidang seni sudah sangat terkenal, rasanya talenta riset dan inovasi masih belum banyak disadari keberadaannya. Padahal, talenta bidang riset dan inovasi adalah elemen penting dalam mewujudkan Indonesia maju dan berkelanjutan, berbasis budaya ilmiah.
Dikenal sebagai pakar, keberadaan ilmuwan Indonesia didominasi lahir dari berbagai kampus. Fenomena tersebut relevan dengan pemikiran Prof. Marsudi Wahyu Kisworo. Dalam sebuah seminar, Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tersebut memaparkan tentang pengembangan budaya ilmiah unggul di perguruan tinggi.
Menurutnya, salah satu pondasi mewujudkan budaya ilmiah unggul adalah aktor dan perannya dalam riset dan inovasi. Dirinya meyakini bahwa beberapa sektor dalam mewujudkan ekosistem inovasi di antaranya adalah lembaga riset dan pendidikan, bisnis, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendanaan, dan jejaring.
Sektor-sektor tersebut berperan dalam menciptakan, mendukung dan memungkinkan terjadinya inovasi melalui kegiatan masing-masing maupun melalui interaksi (koordinasi dan kolaborasi) yang muncul dari setiap aktor yang berperan di dalamnya.
Para aktor tersebut berperan melakukan inovasi, menghubungkan masing-masing aktor, merayakan keberhasilan, melakukan advokasi, mendanai, berbagi ilmu pengetahuan, memberikan pelatihan, mempertemukan, dan memfasilitasi. Aktor dan peran-perannya tersebut menunjukkan bahwa mewujudkan budaya ilmiah unggul tidak bisa dilakukan oleh satu-dua pihak saja.
Semua pihak harus bergerak bersama, sesuai dengan peran dan porsi masing-masing. BRIN sebagai lembaga riset pemerintah satu-satunya dibentuk untuk mengorkestrasi terwujudnya ekosistem berbasis budaya riset dan inovasi.
Pengembangan Kompetensi Mulai dari Bibit Talenta Riset dan Inovasi
Ekosistem riset dan inovasi dari aspek kediklatan dibangun untuk pemenuhan dan peningkatan kompetensi semua professional, bukan hanya ASN. Pengembangan kompetensi SDM Iptek harus dimulai sejak seseorang mulai menyiapkan diri untuk menjadi periset professional.
Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2021 menetapkan pembentukan Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional dalam rangka pengoordinasian perumusan dan penyusunan Grand Design Manajemen Talenta Nasional Tahun 2022-2045. Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional bidang Riset dan Inovasi diamanahkan kepada Kepala BRIN.
Dalam menjalankan tugas tersebut, BRIN menyusun serangkaian skema dalam manajemen talenta riset dan inovasi. Beberapa di antaranya adalah Magang Riset, Bantuan Riset Talenta Riset dan Inovasi (Barista), Degree by Research, Research Asisstant, Joint Research, hingga Apresiasi.
Jika diilustrasikan, seorang mahasiswa yang diibaratkan sebagai bibit talenta riset dan inovasi dapat mulai memanfaatkan Skema Magang Riset hingga dirinya selesai menempuh pendidikan dan meraih gelar sarjana. Selanjutnya, ia bisa memanfaatkan Skema Degree by Research untuk melanjutkan studi magisternya. Pilihan lain jika tidak mengikuti Program Deegree by Research, ia dapat mengajukan Barista.
Dalam perjalanannya, mahasiswa tersebut juga berkesempatan untuk melakukan riset bersama periset BRIN, skema ini dikenal sebagai Program Research Assistant. Kolaborasi tersebut dapat berlangsung hingga menghasilkan berbagai output karya ilmiah yang dipublikasikan di jurnal bereputasi.
Ketekunan mahasiswa yang diilustrasikan tersebut pada akhirnya nanti berpeluang besar untuk menjadikan dirinya seorang pakar. Kelak, ia berhak ikut dalam kesempatan seleksi penerima apresiasi SDM Iptek. Skema apresiasi dari BRIN kepada para ilmuwan terpilih terbuka bagi siapa saja. Kesempatan meraih apresiasi talenta riset dan inovasi bukan hanya diperuntukkan bagi periset BRIN, melainkan untuk semua periset di Indonesia.
Ilustrasi tersebut menggambarkan betapa seriusnya pemerintah Indonesia, melalui BRIN, mencetak talenta unggul di bidang riset dan inovasi. Jika digambarkan, perjalanan skema-skema yang disebutkan di atas dianalogikan seperti garis memanjang dari kiri ke kanan.
Paling kiri, boleh jadi adalah tahap pembibitan talenta unggul, BRIN menandainya dengan skema-skema peningkatan kompetensi.
Melalui Direktorat Pengembangan Kompetensi, BRIN berupaya menguatkan pondasi SDM Iptek Indonesia dengan membuat skema pelatihan yang berbasis kebutuhan mitra. Dalam pelaksanaannya, BRIN memanfaatkan para periset sebagai pemilik pengetahuan secara optimal. Di bagian tengah, BRIN menyiapkan beberapa skema layanan, dua di antaranya pemanfaatan insfrastruktur dan fasilitasi pendanaan riset dan inovasi. Pemberian apresiasi bagi SDM Iptek berada di paling kanan.
BRIN, yang merupakan lembaga negara hasil integrasi berbagai instansi riset, menaruh perhatian tinggi terhadap para ilmuwan di Indonesia. Maka, wajar bila BRIN memberikan apresiasi tertinggi kepada mereka, para ilmuwan dengan berbagai bidang yang ditekuni.
Pemberian apresiasi digelar BRIN untuk memberikan tempat terhormat bagi para tokoh, ilmuwan, atau pakar Indonesia yang telah banyak memberikan inspirasi dan pemikirannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik di tingkat nasional maupun internasional pada bidang tertentu.
Pemberian apresiasi untuk mewujudkan sumberdaya manusia Indonesia unggul yang mampu menguasai, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang tertentu untuk kesejahteraan bangsa Indonesia. Dengan adanya pemberian apresiasi bagi SDM Iptek, BRIN mendorong masyarakat turut serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Meracik Piccolo
Piccolo, yang bukan kopi susu biasa, diracik dengan keahlian pembuatnya. Perbandingan komposisi kopi dan susu maksimal sama. Idealnya komposisi kopi lebih banyak dari susu.
Komposisi kopi diibaratkan SDM Iptek dan susu diibaratkan skema pelatihan. Kombinasi keduanya bisa berimbang atau seperti saat ini, jumlah SDM Iptek tidak sebanding dengan jumlah pelatihan yang tersedia di BRIN.
Seperti Piccolo yang rasa kopinya lebih kuat dari susu yang dicampurkan ke dalamnya, SDM Iptek diharapkan lebih dominan dari jumlah pelatihan yang tersedia. Sebab Piccolo yang kerap ditemukan di café, jika tanpa komposisi susu dengan takaran khasnya, bisa menjadi ‘Piccolo warung kopi pinggir jalan’.
Dalam sebuah wawancara, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko pernah menekankan bahwa tuntutan jaman semakin tinggi. Hal itu disampaikannya dalam pertemuan terbuka yang membahas pembentukan SDM berintegritas dan kepemimpinan berdaya saing global.
Untuk memperkuat rasa kopi Piccolo, maka kita butuh jumlah kopi yang lebih banyak. Selaras dengan hal itu, bisa dikatakan bahwa Indonesia butuh SDM Iptek yang lebih banyak. Sebagai informasi, saat ini BRIN baru memiliki SDM Iptek sejumlah 49% dari total 14. 867 SDM BRIN. 3.621 di antaranya adalah periset peralihan dari Kementerian/ Lembaga yang telah resmi bergabung ke BRIN.
Menurut Kepala BRIN, bukan hal yang hebat jika Indonesia mengirim banyak SDM ke luar negeri. Justru sebaliknya, adalah sebuah kehebatan jika kita berhasil meyakinkan SDM Iptek Indonesia yang berada di luar negeri untuk pulang dan membangun negerinya, meskipun berkontribusi bisa dari mana saja.
Pulang ke Indonesia bisa jadi pilihan terbaik. Ekosistem riset dan inovasi di Indonesia yang yang bertumbuh dapat membuat mereka yakin untuk kembali ke tanah air dan berkarir sesuai passion. Indonesia akan masuk dalam bonus demografi, kira-kira 13 tahun lagi. Langkah strategis menghadapinya adalah dengan menaikkan pertumbuhan ekonomi. Caranya, dengan adanya penambahan modal/ investasi. Untuk bisa mengejar Korea Selatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia idealnya mencapai angka 7%. Indonesia memiliki generasi muda yang akan menjadi bonus demografi pada 2030-2045. Dalam 10-20 tahun ke depan, mereka yang akan menjadi pemimpin.
SDM Iptek Indonesia harus berkompetisi. Ciptakan nilai tambah dari kreativitas dan ide. Knowledge, skill, wawasan, jejaring. Selain investasi, sudah saatnya Indonesia menaikkan nilai tambah melalui riset, ilmu pengetahuan, dan teknologi melalui talenta manusia unggul.
Bagaikan igin memperkuat ‘aroma Piccolo’, berbagai apresiasi untuk SDM Iptek diberikan. Apresiasi tersebut bukanlah sebuah imingan, melainkan bukti Indonesia serius membangun dan memperkuat ekosistem riset dan inovasi.
Selain Nurtanio Award dan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture, BRIN juga memberikan apresiasi lainnya bagi SDM Iptek Indonesia, yaitu Habibie Prize, Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture, Sarwono Prawirohardjo Award, G.A Siwabessy Lecture, dan Indonesia Inovator Award.
Dari berbagai apresiasi tersebut, ada dua apresiasi yang dipersembahkan untuk bidang yang belum terlalu berkembang di Indonesia. Penghargaan yang dimaksud adalah Nurtanio Pringgoadisuryo Award dan Lecture serta G.A Siwabessy Lecture.
Nurtanio Award dan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture merupakan penghargaan ilmu pengetahuan yang diberikan dalam rangka pemberian apresiasi bagi insan/ilmuwan/periset yang memiliki rekam jejak pada ilmu pengetahuan bidang antariksa dan kedirgantaraan. Nama Nurtanio, digunakan untuk mengenang Komodor Udara Nurtanio Pringgoadisuryo, perintis industri penerbangan Indonesia.
Sebagai personil TNI Angkatan Udara, nama Nurtanio kemudian terpatri dalam perkembangan dunia dirgantara di Indonesia. Namanya melekat pada industri pesawat terbang pertama, satu-satunya yang dimiliki Indonesia di wilayah Asia Tenggara dengan nama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang kini Bernama PT Dirgantara Indonesia.
Sedangkan G.A. Siwabessy Memorial Lecture ditujukan untuk mengenang semangat serta dedikasi Prof. Dr. Gerrit Augustinus Siwabessy, Bapak Atom Indonesia dan peletak pondasi pembangunan kesehatan nasional. Namanya juga diabadikan sebagai nama reaktor riset terbesar se-Asia Tenggara dengan kapasitas 30-megawatt yang berlokasi di Serpong, Banten. Dedikasi hingga akhir hayatnya memberikan sumbangsih besar bagi perkembangan riset atom dan kesehatan di Indonesia sampai hari ini.
G.A. Siwabessy Memorial Lecture, Nurtanio Pringgoadisuryo, dan sederet apresiasi BRIN lainnya merupakan lebih dari sekadar sebuah penghargaan; Nama-nama besar para ilmuwan yang disematkan dalam nama-nama penghargaan sebagai simbol warisan ilmu pengetahuan dan semangat dedikasi.
Apapun bidangnya, popular atau belum, budaya riset dan inovasi berpeluang tumbuh dan berkembang. Indonesia memiliki kompleksitas, di antaranya pada kondisi geografis, geopolitik, keanekaragaman bangsa, dan bahasa. Untuk itu, Indonesia membutuhkan SDM Iptek yang bertalenta untuk menguasai sains dan teknologi yang holistik. Salah satunya sains dan teknologi pada industri antariksa. Industri antariksa menjadi bukti space ecosystem untuk mewujudkan industri antariksa Indonesia 2045.
Sekali lagi, Piccolo bukan kopi susu biasa, Meraciknya butuh kepiawaian.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Mencetak Talenta Riset dan Inovasi di Indonesia", Klik selengkapnya di sini: https://teknologi.bisnis.com/read/20240111/84/1731455/mencetak-talenta-riset-dan-inovasi-di-indonesia.
Penulis : Dyah R. Sugiyanto
Editor : Mia Chitra Dinisari