Skip to main content

Blog entry by Briliant Admin

Perkuat Peran sebagai Enabler Inovasi, BRIN Gelar Pelatihan CPOB untuk Radiofarmaka

Perkuat Peran sebagai Enabler Inovasi, BRIN Gelar Pelatihan CPOB untuk Radiofarmaka

Repost From : https://brin.go.id/news/123140/perkuat-peran-sebagai-enabler-inovasi-brin-gelar-pelatihan-cpob-untuk-radiofarmaka

Jakarta - Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus memperkuat perannya sebagai enabler dalam ekosistem riset dan inovasi nasional, salah satunya melalui penyelenggaraan pelatihan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam produksi radiofarmaka. 

Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung peningkatan kapasitas SDM yang terlibat dalam produksi radiofarmaka, terutama di rumah sakit dan industri farmasi. Pelatihan yang dimulai Selasa (20/5) di Jakarta ini diikuti oleh 25 peserta dari 12 instansi, meliputi staf bagian produksi, quality assurance, quality control, serta tenaga kesehatan di bidang kedokteran nuklir.

Plt. Direktur Direktorat Pengembangan Kompetensi BRIN Rahma Lina menjelaskan, setelah integrasi, BRIN mengambil peran sebagai enabler dalam mendukung peningkatan kapasitas nasional. Termasuk melalui kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan. 

“Salah satu bentuk konkret dukungan tersebut adalah fokus pada penguatan regulasi dan produksi pengetahuan yang diadopsi oleh lembaga pelatihan, termasuk lembaga swasta. Untuk pelatihan yang memerlukan infrastruktur, keahlian khusus, serta belum tersedia luas BRIN masih menyelenggarakannya secara langsung, seperti Pelatihan Produksi Radiofarmaka ini,” ungkapnya.

Menurut Rahma, pelatihan ini menjadi bagian dari fungsi strategis BRIN dalam memfasilitasi pertukaran pengetahuan, memperluas kolaborasi, dan mendorong adopsi hasil riset dalam praktik nyata di lapangan. 

“Kami berharap pelatihan ini tak hanya memperkaya pengetahuan teknis peserta, di samping itu juga membuka ruang kolaborasi yang memberi dampak lebih luas bagi pengembangan teknologi radiofarmaka di Indonesia,” katanya.

Radiofarmaka merupakan senyawa kimia yang mengandung radioisotop dan memenuhi persyaratan farmakologis untuk digunakan dalam diagnosis, terapi, dan penelitian medik klinik dalam ilmu kedokteran nuklir. Seiring berkembangnya aplikasi kedokteran nuklir di bidang diagnosis dan terapi, kebutuhan akan radiofarmaka yang aman, efektif, dan sesuai standar terus meningkat.

Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Madya dari DPK BRIN Rinawati Anwar menjelaskan, pelatihan disusun berdasarkan regulasi terbaru dari BPOM dan BAPETEN, dengan pendekatan blended learning. 

“Industri radiofarmaka di Indonesia sedang tumbuh, dan tenaga profesional yang kompeten sangat dibutuhkan. BRIN hadir untuk menjembatani kebutuhan tersebut,” ungkap Rinawati.

Materi pelatihan mulai dari teori regulasi, sistem quality assurance, teknik produksi senyawa radioaktif, hingga kunjungan ke fasilitas CPOB Radiofarmaka Rumah Sakit Kanker Dharmais. Tenaga pengajar BRIN yang kompeten dan berpengalaman sesuai dengan bidang masing-masing, berasal dari Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri, serta Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran. 

Kemudian dari BPOM berasal dari Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor, ada juga dari Direktorat Registrasi Obat yang memiliki pengalaman langsung di bidang terkait.

 

Dengan pelatihan ini, BRIN menegaskan peran strategisnya dalam menjamin mutu dan keselamatan produk radiofarmaka di Indonesia, dan mendorong pemanfaatan hasil riset secara berkelanjutan dalam layanan kesehatan.(Jnn/ed. ns)

 

  • Share