Skip to main content

Blog entry by Briliant Admin

BRIN dan RCARO Korea Sepakat Rencanakan Program Riset dan Peningkatan Kapasitas SDM Nuklir

BRIN dan RCARO Korea Sepakat Rencanakan Program Riset dan Peningkatan Kapasitas SDM Nuklir

Repost From : https://brin.go.id/news/117752/brin-dan-rcaro-korea-sepakat-rencanakan-program-riset-dan-peningkatan-kapasitas-sdm-nuklir

Cibinong - Humas BRIN. Pada tahun 2024 ini fasilitas nuklir KST. G.A. Siwabessy - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan mulai diaktifkan. Fasilitas - fasilitas tersebut dapat digunakan untuk memperpanjang usia pangan, sterilisasi alat - alat kesehatan, carbon dating untuk menghitung usia artefak, manuskrip dan sebagainya. Sedangkan, reaktor nuklir Kartini di Yogyakarta akan dijadikan sebagai pusat reaktor untuk tujuan pendidikan.

Hal tersebut disampaikan Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, saat melakukan diskusi dengan para delegasi Regional Cooperative Agreement Regional Office (RCARO) Pemerintah Korea, terkait program peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di KST. Soekarno, Cibinong, Jumat (01/03). 

Dalam diskusi tersebut, Handoko menginginkan inisiasi kerja sama dengan RCARO dapat memperkuat dan menyempurnakan berbagai kegiatan yang nantinya dibahas, termasuk kemungkinan pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) berbasis iptek nuklir antara pemerintah Korea dan Indonesia. 

“Saat ini BRIN sedang fokus mengembangkan, merevitalisasi, dan meng-upgrade fasilitas nuklir, terutama fasilitas reaktor dan akselerator nuklir. Kami perlu segera mendapatkan masukan dan saran dari berbagai pihak, termasuk pengalaman dari pihak Pemerintah Korea dalam pengelolaan reaktor nuklir, sehingga dapat merencanakan program riset nuklir yang dapat berjalan dengan cepat, tepat dan efisien,” ungkap Handoko. 

Lebih lanjut ia menambahkan, tujuan utama revitalisasi yakni untuk memproduksi isotop, sehingga Indonesia tidak bergantung lagi pada isotop impor. “Jika perlu kita yang menjadi eksportir isotop. Indonesia perlu segera meningkatkan kemandirian dalam penguasaan teknologi akselerator dan reaktor untuk produksi isotop, serta teknologi reaktor untuk pembangkit Listrik,” tegas Handoko.

Menanggapi hal tersebut, Direktur RCARO, Dae-Ki KIM menjelaskan, RCA memiliki fokus mempromosikan penelitian, pengembangan, dan pelatihan terkait iptek nuklir di kawasan Asia-Pasifik. 

”Kami akan mencoba mencari solusinya, dan membuat proyek internasional untuk mengembangkan potensi sumber daya nuklir tersebut. Korea saat ini juga sedang membangun Reaktor Penelitian Kijang di Kompleks Industri Ilmu Radiologi di Gijang-gun Busan, di bawah pengawasan Institut Penelitian Energi Atom Korea (KAERI). Tentu ini akan menjadi kerja sama yang akan memenuhi harapan kita,” ujar Dae-Ki. 

Tak hanya itu, Deputi Bidang SDM Iptek BRIN, Edy Giri Rahman Putra juga menginginkan kolaborasi dengan Korea ini dapat meningkatkan infrastruktur dan mengembangkan kapasitas SDM di Indonesia.

“Kami menawarkan penelitian dan pengembangan bersama untuk pemanfaatan fasilitas nuklir melalui program peningkatan kapasitas dan mobilitas. BRIN diberi mandat untuk mengelola manajemen talenta riset dan inovasi nasional, termasuk talenta di bidang teknologi nuklir dan radiasi,” ucap Giri. 

Sementara itu Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito yang juga hadir dalam diskusi juga berharap kunjungan para delegasi RCARO selama enam hari ke pusat nuklir BRIN di Yogyakarta dan Serpong kiranya mendapatkan pengalaman menarik, sehingga dapat menjadi modal untuk merencanakan program kerja sama yang lebih luas.  

Sebagai informasi, kunjungan para delegasi RCARO sejak 26 Februari hingga 2 Maret tersebut didampingi oleh representatif beberapa institusi Korea Selatan yang potensial menjadi mitra BRIN dalam implementasi kerja sama, yaitu Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI), Korea Institute of Radiological & Medical Sciences (KIRAMS), dan KEPCO International Graduate School (KINGS). Pertemuan dan kunjungan dilakukan ke beberapa ke pusat riset BRIN di Yogyakarta, Serpong, Jakarta dan terakhir di Cibinong. 

Sementara itu, BRIN sebagai focal point kerja sama ini melibatkan beberapa institusi nasional dalam pembahasan peluang kerja sama, meliputi Kementerian ESDM, Rumah Sakit Dharmais, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada.

Pada pertemuan kedua delegasi sebelumnya, Rabu (28/02), juga teridentifikasi peluang kerja sama pengembangan kapasitas SDM nuklir Indonesia melalui program pendidikan master, pelatihan jangka pendek (short training courses), pelatihan keterampilan dan riset bersama dalam lingkup bidang energi yang dapat difasilitasi oleh KINGS.

Peluang pengembangan kapasitas SDM ini diarahkan untuk mendukung kesiapan SDM nasional dalam rangka rencana pemanfaatan energi nuklir dalam transisi energi nasional menuju target net zero emission tahun 2060. (sa/ed: aps)

  • Share