11
MarchBRIN dan IAEA Bahas Perkembangan Digital Radiography and Computed Tomography
Repost form: https://brin.go.id/news/110459/brin-dan-iaea-bahas-perkembangan-digital-radiography-and-computed-tomography
Tangerang Selatan – Humas BRIN. Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Pengembangan Kompetensi (DPK) bekerja sama dengan International Atomic Energy Agency (IAEA) menggelar Regional Workshop on Advances in Industrial Digital Radiography (DR) and Computed Tomography (CT) di BRIN Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie Serpong, Tangerang Selatan pada 26-30 September 2022. Workshop diikuti oleh 29 orang peserta dari berbagai negara seperti Malaysia, Australia, Vietnam, Thailand, Bangladesh, Kamboja, Filipina, Korea Selatan, India, dan Pakistan serta dari Indonesia.
Mewakili Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN, Kepala Pusat Riset dan Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir (PRTDRAN), Abu Khalid Rivai menyampaikan agar workshop ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana berbagi informasi tentang fasilitas dan perkembangan Digital Radiography (DR) dan Computed Tomography (CT) di berbagai negara.
Ketua Pelaksana workshop, Roziq Himawan menjelaskan kegiatan workshop meliputi pemberian materi oleh narasumber, diskusi serta sharing informasi tentang Industrial DR dan CT yang dipresentasikan oleh para peserta. Selain itu para peserta juga akan diajak mengunjungi fasilitas yang ada di KST B.J. Habibie. “Kita juga akan menyelenggarakan demo mengenai DR dan CT dengan menggunakan fasilitas yang ada di kawasan ini,” jelas Roziq.
Perkembangan di Beberapa Negara
Peserta workshop dari Australia, Paul James Grosser, memaparkan perkembangan DR dan CT di Australia yang dikoordinasi oleh Australian Institute for Non-Destructive Testing (AINDT). “Semua metode Non Destruktif Test (NDT) mengacu pada Standar Australia, baik standar konstruksi, standar pemeliharaan manufaktur dan standar penerimaan, semuanya mengacu pada persyaratan NDT. AINDT memiliki peranan penting dalam pengembangan dan pembaruan standar-standar tersebut melalui perwakilan di sektor industri,” terang Grosser.
Grosser mengatakan, tujuan strategis AINDT adalah mempromosikan NDT sebagai sebuah profesi, meningkatkan praktek dan manfaat NDT, baik di tingkat nasional maupun internasional. “AINDT memfasilitasi pertukaran informasi antara anggota, industri dan masyarakat. Mengoperasikan badan sertifikasi nasional dalam kualifikasi dan sertifikasi personel NDT,” ujarnya
“AINDT juga memfasilitasi dan mempromosikan penelitian dan pengembangan pengujian non-destruktif dan penerapan teknologi NDT, serta memberikan dukungan teknis dan bimbingan untuk pengembangan keterampilan dan pelatihan personel NDT di Australia,” imbuhnya.
Peserta dari Bangladesh, Ahasanul Habib memaparkan progres DR dan CT di negaranya. Menurutnya divisi NDT adalah bidang yang sangat baik dan maju pesat baik untuk risetnya, akuisisi maupun diseminasi pengetahuan dan teknologi di Bangladesh.
“Berfokus pada kebutuhan industri saat ini, divisi NDT telah mengambil program diantaranya riset pada teknik NDT yang berguna untuk industri kami. Juga pelatihan dan sertifikasi untuk mengembangkan keahlian dan kecakapan praktisi NDT lokal berstandar internasional, serta memberikan layanan dan konsultasi NDT yang berharga kepada industri lokal,” jelas Habib.
Peserta lainnya, Rothsa Thorn dari Kamboja menyampaikan bahwa kementerian pertambangan dan energi Kamboja menjalankan fungsi sebagai regulator dan promotor dalam NDT. “Kamboja masih jauh ketinggalan untuk bidang NDT. Dimana ada beberapa tantangan yang dihadapi yaitu kurangnya sumber daya manusia, peralatan, infrastruktur, tidak adanya standar nasional tentang NDT, serta pemahaman yang masih terbatas tentang NDT,” ungkap Rothsa.
Sementara itu peserta dari India, Rajesh Acharya memaparkan perkembangan DR dan CT di India di bawah Bhabha Atomic Research Center (BARC). “Di India, teknologi berbasis sinar-X, radioisotop pemancar sinar gamma, neutron, dan radiasi berbasis sinkrotron digunakan untuk aplikasi industri. Misalnya NDT konvensional, pemecahan masalah proses, kontrol dan pengoptimalan dan lain sebagainya,” papar Acharya.
“Industri India di sektor yang terdiversifikasi telah mendapat manfaat dari aplikasi tersebut, yang juga menjanjikan kesejahteraan. India memiliki struktur pelatihan dan sertifikasi yang kuat untuk diseminasi berbagai teknologi industri berbasis radiasi,” tambahnya.
Dalam workshop ini, para peserta dari negara lainnya juga menyampaikan perkembangan DR dan CT di negaranya masing-masing. (IS, yrt/ed.my)