Skip to main content

Blog entry by Afifudin Ferdiansyah

Tingkatkan Layanan Pengembangan Kompetensi SDM Iptek, BRIN Pertajam Konsep Pemetaan Skema Pelatihan

Tingkatkan Layanan Pengembangan Kompetensi SDM Iptek, BRIN Pertajam Konsep Pemetaan Skema Pelatihan

Repost from: https://brin.go.id/news/116964/tingkatkan-layanan-pengembangan-kompetensi-sdm-iptek-brin-pertajam-konsep-pemetaan-skema-pelatihan

Jakarta, Humas BRIN. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus meningkatkan layanan pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Langkah tersebut merupakan Upaya BRIN dalam menjalankan manajemen talenta riset dan inovasi. Melalui Direktorat Pengembangan Kompetensi (DPK), BRIN mempertajam konsep pemetaan skema pelatihan yang berkaitan erat dengan 12 Organisasi Riset yang di dalamnya terdapat 85 pusat riset dengan belasan ribu pemilik pengetahuan.
 
Direktur Pengembangan Kompetensi Sasa Sofyan Munawar mengatakan, DPK berperan menggali pengetahuan dari para periset dan sivitas BRIN terutama yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. “DPK menggali dan memetakan kebutuhan stakeholder yang ditindaklanjuti dengan menyiapkan paket layanan pelatihan bersumber dari para pemangku pengetahuan yaitu periset dan sivitas di BRIN,” ujarnya saat memberi pengantar dalam FGD lanjutan tentang Pemetaan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi Sdm Iptek Pemangku Kepentingan dan Penguatan Learning Management System (LMS), Rabu (29/11) di Jakarta.
 
Sasa juga mengatakan bahwa DPK BRIN menjalankan tugas melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi dalam kerangka kerja sama dengan Lembaga regional dan internasional, misanya dengan IAEA, ROSATOM, APCTP, ASEAN, dan lainnya.  “Kegiatan pengembangan kompetensi untuk SDM Iptek Indonesia dan asing dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas talenta riset dan inovasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam bentuk hands on training untuk  mahasiswa dan periset muda,” ulasnya.
 
Perusahaan Konsultan lingkup komunikasi bergabung dalam Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI). Bidang yang ditangani di antaranya adalah media monitoring, public relations (PR), Public Affair, dan yang terbaru adalah bidang Artificial Intelligence. “Selama ini pelatihan yang kami selenggarakan masih sangat spesifik. Mengenai BIG data analisis, AI specialist, muatannya cenderung tentang bagaimana membaca, mengolah, menggunakan data dan insight social listening, untuk menyusun strategi komunikasi,” terang Suhardjo Nugroho, Ketua Umum APPRI.
 
Koordinator Fungsi Layanan Pengembangan Kompetensi Bidang Sosial Humaniora, Sutrisno Heru Sukoco menyampaikan beragam paket pengetahuan di bidang sosial humaniora yang berpotensi menambah topik pelatihan yang diselenggarakan APPRI. “Kami banyak memiliki paket pelatihan di bidang arkeologi, tetapi focus pada metodologi riset manuskrip, tradisi lisan, dan membaca manuskrip,” ujarnya.
 
“Di bidang Tata Kelola Pemerintahan, Ekononomi, dan Kesejahteraan Masyarakat belum banyak digali, topik pelatihan lebih banyak mengenai pemanfaatan tools seperti pendataan, analisis data, kaitan dengan pemerintahan dan ekonomi kesejahteraan masyarakat belum tergali,” tambahnya.
 
Menurutnya, ke depan sivitas DPK perlu meningkatkan kemampuan dalam melakukan training need analysis. Tujuannya, mendapatkan input dan feedback agar lebih banyak jenis pelatihan yang dapat dikembangkan.
 
Selanjutnya, mengenai tingkat produktivitas SDM, Indonesia masih di bawah Malaysia. Berkaitan dengan hal tersebut, terbit Keputusan Kemenaker 156/2021 tentang Manajemen Peningkatan Produktivitas. Hal itu diungkapkan Puspitasari Zorawar dari Founder Excellence Indonesia. Ia menyampaikan bahwa SDM adalah asset yang luar biasa, lebih dari machine learning. “SDM harus berkolaborasi dan meningkatkan potensinya, serta harus menjadi pembelajar yang adaptif dalam profesinya masing-masing,” tegasnya.
 
FGD juga menghadirkan dua narasumber lainnya, yaitu dari Kok Bisa dan Tempo Institute. Ketut Yoga Yudhistira, Co-Founder Kok Bisa menjelaskan, sejauh ini Kok Bisa telah menyiapkan 17 kurikulum pembuatan konten. Di antaranya memulai membuat channel youtube, membuat ide konten, riset dan menulis, shooting, ilustrasi visual, Branding, mengelola tim, promosi kanal, audiens personal, dan system produksi.
 
Terkait learning management system (LMS), Qaris Tajudin, Direktur Tempo Institute menjelaskan tentang platform Kelas Bersama yang dibangun untuk mewadahi pelatihan berbagai topik. Tempo Institute yang dikenal sebagai pusat pelatihan jurnalistik ingin mengembangkan bisnisnya. “Kami mengajak banyak pihak untuk berkolaborasi dalam Kelas Bersama untuk bidang apa saja, baik dari individu maupun korporat,” tuturnya.
 
Melalui FGD kali ini, Tim DPK memperoleh informasi tentang kebutuhan pasar terkait pelatihan. Pengelola training center yang hadir dalam FGD mengaku ada banyak topik yang belum dapat mereka selenggarakan karena keterbatasan narasumber. Mereka terbuka dan sangat tertarik bekerja sama dengan BRIN dalam melisensi paket pelatihan yang disediakan oleh Tim DPK. (drs)

  • Share