Skip to main content

Blog entry by Afifudin Ferdiansyah

BRIN Petakan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi SDM Iptek Berbasis Pemangku Kepentingan

BRIN Petakan Kebutuhan Pengembangan Kompetensi SDM Iptek Berbasis Pemangku Kepentingan

Repost from: https://brin.go.id/news/116844/brin-petakan-kebutuhan-pengembangan-kompetensi-sdm-iptek-berbasis-pemangku-kepentingan

Jakarta-Humas BRIN. Dalam rangka mendukung manajemen talenta riset nasional berbasis riset dan inovasi, Deputi SDM Iptek Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Pengembangan Kompetensi memandang penting adanya pemetaan kebutuhan pengembangan kompetensi SDM Iptek. Pemetaan tersebut melibatkan mitra/stakeholder baik dari instansi, industri ataupun training center.

Direktur Pengembangan Kompetensi BRIN Sasa Sofyan Munawar mengatakan, di Deputi SDM Iptek BRIN, khususnya Direktorat Pengembangan Kompetensi mengelola dan mengemas pengetahuan dari para pemangku pengetahuan di BRIN untuk dimanfaatkan oleh masyarakat (instansi, industri, umum) dalam bentuk hands on training. Hal tersebut disampaikannya saat membuka acara Focus Discussion Group (FGD) di Jakarta, pada Selasa (21/11). 

Sasa juga menjelaskan proses bisnis dalam pengembangan kompetensi tidak lepas dari peran pemangku pengetahuan di unit kerja BRIN. “Pemangku pengetahuan tidak selalu dari kalangan periset tetapi juga dari sivitas di lingkungan deputi atau sekretariat utama,” imbuhnya.

Ia merinci, ada beberapa klaster pelatihan yang tersedia, yaitu kedinasan, hayati, pangan, dan Kesehatan, keteknikan, kebumian, antariksa, dan kemaritiman, serta sosial dan humaniora. “Kami menyampaikan paket pelatihan berbasis hasil riset/kepakaran kepada masyakarat. Setiap feedback dari masyarakat menjadi masukan untuk perbaikan pengembangan kompetensi yang dilakukan oleh BRIN,” terangnya.

Dian Suprapto dari TUVrheindland membuka paparannya dengan menyebutkan bahwa TUVrheindland telah hadir selama 150 tahun. Mulai 1996 TUV ada di Indonesia, pertama kali melalui BPPT Fotovoltaic. “Ada lima area bisnis, saya fokus menangani academy dan lifecare (khususnya kesehatan dan keselamatan kerja), yang tugasnya membuat orang menjadi sehat, pintar, dan melek teknologi. Tidak hanya pelatihan, TUVrheindland juga menyediakan platform konsultasi bsinis, digital solution, occupational safety, sertifikasi personal, dan technical vocational education and training,” urainya. 

Menurut Dian, safety and health serta transformasi digital merupakan bagian dari sustainability, selain lingkungan. Terkait kemungkinan menjalin kerja sama, ia berpendapat harus saling menghubungkan kebutuhan dari BRIN dan TUVrheindland.

“Kami terbuka untuk bekerja sama, seperti halnya dengan lembaga lainnya. Kami berharap pelatihan yang dibuat cocok secara bisnis, sesuai kebutuhan pasar, ada keberlangsungan dan keberlanjutan dari sisi modul dan bahan ajar. Mengenai market bisa kita tumbuhkan,” paparnya.

Selain membahas tentang skema dan jenis pelatihan, pertemuan yang berlangsung pada Selasa (21/11) itu juga membahas platform pelatihan. Ayu Rachmawati, Manager Retail Binus Center menjelaskan mengenai Learning Management System (LMS) dengan nama portal kitabelajar.id.

“Portal ini dibangun untuk mendukung kemudahan proses pembelajaran dan memberikan pengalaman belajar di mana saja dan kapan saja. Sudah lebih 100 modul dengan lebih dari 65.000 orang mengikuti program prakerja dan Kampus Merdeka Binus University. Portal ini tidak hanya untuk customer internal, tapi juga terbuka untuk mahasiswa/luar. Agar lebih efektif, pelatihan dilakukan secara blended,” pungkasnya. 

Diskusi kebutuhan pengembangan kompetensi SDM Iptek ini juga mengundang para praktisi lainnya yang mengelola lembaga pelatihan dan LMS. Diskusi berlangsung dalam empat hari, yaitu pada 21, 24, dan 29 November 2023, serta 4 Desember 2023 mendatang. (drs)

  • Share