11
MarchMeningkatkan Kualitas Pakan Ternak Lokal Berbasis Teknologi
Repost from: https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/11/19/meningkatkan-kualitas-pakan-ternak-lokal-berbasis-teknologi
Pakan menjadi salah satu faktor penting dalam usaha peternakan. Dalam produksi usaha ternak, biaya untuk pakan merupakan yang terbesar. Sekitar 60-80 persen biaya produksi usaha ternak berasal dari biaya pakan. Itu sebabnya, ketika harga pakan tinggi, harga jual ternak biasanya juga akan meningkat.
Untuk pakan ayam, bahan baku pakan yang paling banyak digunakan ialah jagung dan kedelai. Dari seluruh bahan baku pakan ayam, sekitar 25 persen berasal dari jagung dan 25 persen dari kedelai.
Namun, selama ini bahan baku tersebut masih banyak yang didapatkan secara impor. Hal tersebut membuat harga pakan ternak menjadi mahal. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, volume impor kedelai di Indonesia semakin meningkat. Pada 2020, nilai impor kedelai sebesar Rp 1 miliar.
Nilai itu meningkat menjadi Rp 1,5 miliar pada 2021 dan Rp 1,6 miliar pada 2022. Padahal, jumlah kedelai yang diimpor tidak jauh berbeda. Tercatat pada 2020, jumlah kedelai impor sebesar 2,5 ton, pada 2021 sebanyak 2,5 ton, dan pada 2022 sebanyak 2,3 ton.
Hal tersebut patut menjadi perhatian untuk dicarikan solusinya. Indonesia memiliki kekayaan tanaman, baik tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan, yang seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak lokal. Dengan begitu, kemandirian pakan atau swasembada pakan bisa terbangun di Indonesia.
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Peternakan Badan Riset dan Inovasi Nasional, Rantan Krisnan, dihubungi di Jakarta, Minggu (19/11/2023), mengatakan, kemandirian pakan ternak menjadi keniscayaan agar ketersediaan pakan tersebut bisa berkelanjutan. Selain itu, kemandirian itu diperlukan agar harga pakan ternak bisa lebih stabil.
”Korea Selatan bisa menjadi contoh. Negara tersebut sudah mulai mengembangkan pakan ternak lokal menggunakan maggot dengan skala industri. Artinya, kalau kita serius mengembangkan bahan pakan lokal itu, pasti akan bisa terkelola dengan baik,” ujarnya.
Bahan pakan lokal dapat digunakan sebagai bahan suplemen, komponen konsentrat, serta pakan dasar ternak. Bahan yang digunakan harus dipastikan dapat tersedia secara berkelanjutan, murah, dan mudah didapatkan, memiliki nilai gizi yang cukup, serta mudah dicerna dan tidak mengganggu kesehatan ternak.
Menurut Rantan, ada banyak bahan baku lokal yang bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak lokal. Dari limbah tanaman pakan bisa menggunakan jerami padi, dedak padi, bekatul, jerami jagung, dan daun ubi kayu. Dari tanaman perkebunan dapat menggunakan limbah dari kelapa sawit, seperti daun sawit, daging pelepah, tandan buah kosong, dan batang kelapa sawit.
Ada banyak bahan baku lokal yang bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak lokal.
Selain itu, ada pula limbah cokelat, seperti kulit buah cokelat dan kulit biji, limbah tebu, seperti pucuk tebu dan ampas tebu, serta limbah kopi, seperti kulit buah dan kulit biji kopi. Pada tanaman holtikultura bisa juga menggunakan limbah dari pengolahan sayuran dan limbah pengolahan buah-buahan.
Tantangan pengembangan pakan lokal
Namun, Rantan menyampaikan, sebagian besar bahan pakan lokal yang tersedia di Indonesia masih terkonsentrasi di wilayah tertentu. Bahan pakan pun masih banyak berorientasi untuk pemenuhan peternak sektor usaha kecil. Pemanfaatannya juga baru melalui pola integrasi usaha mandiri.
Kondisi tersebut membuat pakan ternak lokal yang dihasilkan belum bisa diproduksi dalam skala besar. Keberlanjutannya pun tidak bisa dipastikan. Padahal, bahan lokal perlu memperhatikan faktor keberlanjutan agar bisa diproduksi secara industri. Pakan lokal yang selama ini dihasilkan juga umumnya tidak tahan lama serta kemungkinan masih ada pakan yang rendah nutrisi bagi ternak.
”Kendala-kendala itu bisa diatasi dengan penggunaan teknologi pengolahan bahan pangan. Teknologi pengolahan bahan pakan dapat membantu dalam pengawetan serta memperbaiki dan meningkatkan mutu dari kualitas nutrisi pakan,” ujar Rantan.
Formulasi
Rantan mengutarakan, dalam menghasilkan pakan ternak lokal yang unggul dan berkualitas, proses formulasi merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Formulasi pakan ternak perlu memperhatikan banyak hal, mulai dari mekanisme biologis dari ternak, kebutuhan gizi ternak, kandungan gizi dalam pakan, faktor yang memengaruhi kualitas bahan, serta pencampuran dan pembentukan pakan ternak.
Penggunaan teknologi pun diharapkan dapat membantu peternak dalam menghasilkan pakan ternak lokal dengan formulasi yang baik. Aplikasi penyusun pakan ternak berbasis Android telah dikembangkan untuk membantu peternak dalam memformulasikan pakan ternak yang akan dihasilkan.
Sebelumnya sudah dikembangkan aplikasi Smart Feed Agrinak. Namun, aplikasi tersebut masih terbatas untuk penggunaan pakan ternak untuk ayam kampung. ”Rencananya, aplikasi itu akan dikembangkan lagi dengan cakupan yang lebih luas untuk berbagai jenis ternak,” ujar Rantan.
Ia menyampaikan, aplikasi untuk formulasi pakan ternak itu telah menyediakan ragam bahan pakan yang biasa digunakan peternak, baik pakan konvensional maupun inkonvensional. Dari bahan pakan itu tersedia pula data kandungan bahan pakan yang telah dihitung berdasarkan hasil analisis laboratorium serta referensi ilmiah.
Pengguna juga bisa melakukan pembaruan harga bahan pakan sehingga perkiraan harga akhir bisa disesuaikan dengan perkembangan terkini. Data bahan pakan pun dapat tersimpan di peladen (server) yang terpusat.
Secara teknis, peternak bisa memilih bahan sumber energi yang akan digunakan sebagai formulasi pakan ternak. Dalam pemilihan telah dilengkapi dengan keterangan persentase maksimal yang digunakan dalam bahan pakan yang dipilih. Selain sumber energi, dapat dipilih pula bahan sumber protein yang akan digunakan.
Adapun hasil formulasi dari penggunaan aplikasi tersebut berupa persentase penggunaan setiap bahan dan informasi kandungan nutrien dari pakan yang telah disusun. Selain itu, hasil akhir juga akan menunjukkan harga pakan termurah yang bisa digunakan. Hasil ini bisa menjadi pertimbangan peternak untuk memilih pakan yang paling efektif, baik terkait ketersediaan maupun nutrisi dan nilai ekonomi.
”Aplikasi ini hadir sebagai bentuk pelayanan publik bagi peternak dalam penyusunan formulasi pakan berbasis Android. Jadi peternak bisa lebih mudah menyusun pakan untuk ternaknya dengan tetap memenuhi standar kebutuhan nutrisi serta secara ekonomis juga lebih terukur,” ujar Rantan.
Widyaiswara Ahli Pertama Direktorat Pengembangan Kompetensi Deputi Sumber Daya Manusia dan Iptek BRIN Mohamad Rendi Astono Sentosa mengatakan, BRIN akan berupaya untuk mendukung peternak untuk bisa menghasilkan pakan ternak lokal yang bermutu dan berkualitas. Pelatihan pun akan dilakukan untuk membantu peternak dalam menformulasikan bahan pakan ternak lokal.
Dalam program pelatihan yang diadakan oleh BRIN, peserta yang berasal dari peternak lokal akan dilatih untuk mengidentifikasi, mengolah, serta memformulasikan bahan pakan lokal sebagai pakan ternak efisien sesuai dengan standar mutu kebutuhan nutrisi ternak. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat mendukung kemandirian bangsa dalam menghasilkan pakan ternak dengan bahan baku lokal yang terstandar.
”Indonesia merupakan negara agraris dengan hasil pangan dan pertanian yang melimpah. Hasil pangan, pertanian, dan peternakan akan jauh lebih efektif dan efisien jika didukung dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Rendi.