11
MarchPeneliti BRIN Kembangkan Formulasi Pakan Ternak Lokal Berbasis Teknologi
Repost from: https://brin.go.id/news/116756/peneliti-brin-kembangkan-formulasi-pakan-ternak-lokal-berbasi-teknologi
Jakarta – Humas BRIN. Pemerintah berencana mengimpor 20ribu ton jagung untuk memenuhi kebutuhan pasokan pakan ternak nasional. Upaya pemerintah ini dilakukan dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan guna menanggulangi krisis pakan ternak lokal. Untuk mendukung program pemerintah tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan formulasi pakan ternak lokal. BRIN memformulasikan pakan ternak lokal berbasis teknologi, khususnya pakan ternak sapi dan unggas.
Bagaimana pengembangan formulasi pakan ternak lokal yang dilakukan periset BRIN? Bagaimana publik peternak lokal dapat memanfaatkan formulasi tersebut?. BRIN melalui Biro Komunikasi Publik, Umum dan Kesekretariatan menyelenggarakan BRIN Insight Every Friday (BRIEF) episode #98. Pada episode #98 BRIEF kali ini bertajuk Pakan Ternak Lokal Siap Mengglobal dilaksanakan melalui daring baik zoom meeting maupun channel youtube pada Jumat (17/11).
Peneliti Pusat Riset Peternakan BRIN Rantan Krisnan, dalam paparannya yang berjudul Pakan Ternak Lokal Siap Mengglobal menjelaskan bahwa dalam usaha ternak ada 3 komponen utama yang saling bergantung yaitu bibit, pakan dan manajemen.
Menurutnya ketika memutuskan usaha ternak, faktor pertama kita harus menentukan dahulu bibit apa yang akan kita ternak apakah, ikan, ayam, kambing, dsb. Hal terpenting lagi adalah bibit tersebut diperuntukan untuk apa ? apakah untuk sebagai petelor, pedaging atau perahan.Faktor kedua ialah Pakan, biaya produksi usaha ternak 60% - 80% adalah biaya pakan. 30% nya pakan ternak berasal dari import sebagai contoh kedelai dan jagung.
‘’Sebagai solusinya dalam mengatasi masalah tersebut yakni dengan menggiring kepada kemandirian pakan atau swasembada pakan dengan cara swasembada pakan berbahan lokal,’’ ujar Krisnan
Dijelaskan olehnya pakan lokal adalah setiap bahan baku yang merupakan sumberdaya lokal Indonesia yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pakan secara efisien oleh ternak, baik sebagai suplemen, komponen konsentrat atau pakan dasar. Prinsip kriteria bahan pakan lanjut Krisnan, diantaranya tersedia secara kontinyu, murah dan mudah didapat, mempunyai nilai gizi yang cukup, serta mudah dicerna serta tidak mengganggu kesehatan ternak.
Krisnan mengungkapkan Indonesia adalah gudangnya beragam sumber pakan lokal. Salah satu sumber pakan tersebut berasal dari limbah seperti limbah tanaman pangan, limbah perkebunan dan limbah tanaman hortikultura.
Ia menegaskan belum ada strategi dan komposisi pakan terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha ternak yang tersebar pada berbagai lokasi usaha. ‘’yang terhebat adalah strategi untuk mengungkap dan meramu pakan potensial setempat menjadi produk ekonomis yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas,’’ imbuh Krisnan.
Sebagai penutup Krisnan menyimpulkan bahwa pakan lokal bisa mengglobal ketika bahan pakan tersebut tersedia secara kontinyu, dan mempunyai nilai kompetitif baik secara nutrisi maupun ekonomi.
Pengembangan Kompetensi
Sementara itu, Widyaiswara Ahli Pertama Direktorat Pengembangan Kompetensi (DPK) Deputi Sumber Daya Manusia dan Iptek (SDMI) BRIN, Mohamad Rendi Astono Sentosa, menyampaikan tentang Mekanisme Penyelenggaraan Pelatihan Formulasi Pakan Ternak Lokal. Rendi menginformasikan tugas dan fungsi DPK yakni menyelenggarakan kegiatan pengembangan kompetensi bagi pihak eksternal khususnya bagi kementerian, lembaga, dan pemerintahan daerah. Kemudian ke pihak industri, perguruan tinggi serta masyarakat pegiat bidang peternakan.
Ia menerangkan latar belakang pelatihan pertanian dan pangan merupakan aspek strategis ketahanan nasional. Dimana Indonesia adalah negara agraris yang memiliki hasil pangan dan pertanian yang sangat melimpah. Tentunya hasil pangan, pertanian dan peternakan akan lebih efektif dan efisien seiring perkembangan iptek.
‘’Kegiatan pemafaatan hasil pangan dan peternakan tersebut tentu perlu mendapatkan dukungan dari BRIN. Sehingga terdapat transfer knowledge atau alih pengetahuan kepada masyarakat yang bergerak di bidang pangan khususnya bidang peternakan. Terutama dalam memformulasikan bahan pakan ternak lokal,’’ terang Rendi.
Ia mengatakan tujuan program pelatihan yaitu peserta mampu mengidentifikasi, melakukan pengolahan, memformulasi bahan pakan lokal sebagai pakan ternak efisien sesuai dengan standar mutu kebutuhan nutrient.
Rendi melanjutkan bahwa kurikulum pelatihan yang ditawarkan kepada peserta yaitu untuk pengembangan wawasan, dengan materi standar mutu pakan dalam mendukung peternakan berkelanjutan. Kemudian kemampuan inti atau utama, materi yang diberikan tentang formulasi bahan pakan lokal sesuai dengan standar mutu kebutuhan nutrient. Sebagai penerapannya diadakan praktikum pembuatan formulasi, fabrikasi, dan evaluasi pakan.
‘’Benefit atau keuntungan yang diperoleh dari mengikuti pelatihan ini yakni pengajar yang profesional dan berpengalaman, sertifikat pelatihan, pendampingan yang intensif dalam pengolahan data formulasi bahan pakan ternak lokal, serta fasilitator yang berpengalaman,’’ pungkas Rendi. (trs/ed:pur)