6
FebruaryBRIN dan RCARO Perkuat Kerja Sama Peningkatan Kapasitas SDM Nuklir
Repost from : https://brin.go.id/news/117745/brin-dan-rcaro-perkuat-kerja-sama-peningkatan-kapasitas-sdm-nuklir
Jakarta - Humas BRIN. Pemerintah Korea, melalui Regional Cooperative Agreement Regional Office (RCARO), mendukung program peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Untuk membahas dan menindaklanjuti keseluruhan kerja sama yang akan dilakukan, delegasi RCARO mengunjungi BRIN pada 26 Februari hingga 2 Maret 2024. Pertemuan kolaboratif dengan pakar Indonesia ini untuk memperkuat ikatan kerja sama nuklir dan lebih menyempurnakan berbagai kegiatan kerja sama yang dibahas. Serta, kemungkinan pengembangan kapasitas SDM berbasis iptek nuklir antara pemerintah Korea dan Indonesia.
Delegasi RCARO didampingi oleh representatif beberapa institusi Korea Selatan yang potensial menjadi mitra BRIN dalam implementasi kerja sama, yaitu Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI), Korea Institute of Radiological & Medical Sciences (KIRAMS), dan KEPCO International Graduate School (KINGS).
Sementara itu, BRIN sebagai focal point kerja sama ini melibatkan beberapa institusi nasional dalam pembahasan peluang kerja sama, meliputi Kementerian ESDM, Rumah Sakit Dharmais, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Gadjah Mada.
“Kami berharap BRIN dapat berkolaborasi dengan Korea untuk meningkatkan infrastruktur dan mengembangkan kapasitas SDM di Indonesia,” ungkap Deputi Bidang SDM Iptek BRIN Edy Giri Rachman Putra, dalam pertemuan di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Jumat (1/3).
Dijelaskan Edy, BRIN menawarkan penelitian dan pengembangan bersama untuk pengembangan dan pemanfaatan fasilitas nuklir melalui program peningkatan kapasitas dan mobilitas. BRIN diberi mandat untuk mengelola manajemen talenta riset dan inovasi nasional, termasuk talenta di bidang teknologi nuklir dan radiasi.
BRIN memiliki banyak skema untuk program peningkatan kapasitas dan mobilitas talenta riset dan inovasi. Program peningkatan kapasitas diantaranya program degree, yakni BRIN-LPDP Targeted PhD Student Scholarship dan Degree by Research (DbR).
Sedangkan program mobilitas lainnya adalah Postdoctoral Fellow, Visiting Researcher/Professor, Joint Research Visit, dan Specific hands-on Training.
“BRIN terbuka terhadap skema co-funding (in-kind support) dari lembaga pendanaan lain dalam mempercepat jumlah talenta riset dan inovasi. Program mobilitas mahasiswa PhD luar negeri (Indo-Aid) untuk melakukan penelitian (degree) di Indonesia sedang dipersiapkan,” jelas dia.
Lebih lanjut diuraikannya, BRIN saat ini sedang berfokus untuk mengembangkan, merevitalisasi, dan meng-upgrade fasilitas nuklir, terutama fasilitas reaktor dan akselerator.
“Setidaknya hingga 2030, hampir semua aktivitas kami dalam aplikasi nuklir harus berbasis reaktor nuklir dan akselerator,” tegasnya.
Program penelitian dan pengembangan iptek nuklir dan aplikasinya difokuskan pada pertama, revitalisasi fasilitas reaktor nuklir di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, untuk penelitian nuklir tingkat lanjut dan dekomisioning fasilitas nuklir. Kedua, melakukan penelitian dan pengembangan siklotron berkapasitas 30 MeV untuk keperluan industri dan medis di KST B.J. Habibie. Dan ketiga, penelitian dan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) eksperimental untuk produksi listrik dan hidrogen.
“Poin kedua dan ketiga ini memerlukan penelitian dan pengembangan bersama pihak internasional (international joint-research & development). Karena kami perlu meningkatkan kapasitas. Itulah mengapa kami akan berkolaborasi dengan beberapa partner, termasuk RCARO,” kata Edy.
Untuk KST G.A Siwabessy-Jakarta, lanjut dia, akan difokuskan pada layanan teknologi radiasi (akselerator), aplikasi medis (terapi proton, produksi radioisotop, radiofarmasi), penelitian terapan (carbon dating, NDT), dengan tujuan aplikasi ke industri atau komersialisasi.
Sedangkan Kawasan Sains dan Edukasi Achmad Baiquni - Yogyakarta difokuskan pada integrasi terpadu Poltek Nuklir dengan fasilitas nuklir dan radiasi untuk pendidikan, penelitian dasar, pelatihan, dan sertifikasi.
Dalam kesempatan ini, Direktur RCARO Dae-Ki KIM menjelaskan, Kantor Regional RCA didirikan pada 2002 dengan mandat untuk meningkatkan visibilitas dan kelangsungan RCA. Pihaknya berfokus untuk mempromosikan penelitian, pengembangan, dan pelatihan terkait iptek nuklir di kawasan Asia-Pasifik.
Organisasi ini berupaya meningkatkan kerja sama antar negara anggotanya, guna mendukung penggunaan teknologi nuklir secara damai untuk pembangunan berkelanjutan.
“RCARO menyetujui kerja sama untuk mengembangkan SDM Indonesia di bidang nuklir. Kita bisa bekerja sama untuk peningkatan kapasitas. Kami akan mencoba mencari solusinya, dan membuat proyek internasional untuk mengembangkan potensi sumber daya nuklir,” jelasnya.
Sementara itu, Head of Programme Division, RCA Regional Office Min-Cheol PARK dalam paparannya menjelaskan, KAERI dan KIRAMS juga memiliki program master dan doktor terintegrasi, dengan beberapa manfaat yang bisa diperloleh dari mahasiswa. Antara lain partisipasi dalam proyek penelitian dan pengembangan nasional untuk mengembangkan kompetensi dalam manajemen penelitian, penggunaan fasilitas dan infrastruktur berteknologi tinggi, kesempatan untuk berjejaring dengan para ahli di bidang nuklir pada tugas yang ditentukan, pengalaman langsung di Korea Institutes, dan dukungan dalam mencari pekerjaan di corporate research center di Korea setelah lulus.
“KAERI dan KIRAMS juga berharap BRIN, KAERI, dan KIRAMS akan berkolaborasi dengan baik ke depannya,” tandasnya.
Sebagai informasi, pada pertemuan kedua delegasi sebelumnya, Rabu (28/02), juga teridentifikasi peluang kerja sama pengembangan kapasitas SDM nuklir Indonesia melalui program pendidikan master, pelatihan jangka pendek (short training courses), pelatihan keterampilan dan riset bersama dalam lingkup bidang energi yang dapat difasilitasi oleh KINGS.
Peluang pengembangan kapasitas SDM ini diarahkan untuk mendukung kesiapan SDM nasional dalam rangka rencana pemanfaatan energi nuklir dalam transisi energi nasional menuju target net zero emission tahun 2060. (tnt)